UNIROW Dorong Bejagung Jadi Desa Wisata Religi di Tuban, Ini Daya Pikatnya

31 July, 2025

JURNAL PAPAR, Tuban – Tiga dosen Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban bersama dua mahasiswanya kembali mendapatkan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM). Melalui skema Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Pemberdayaan, tim ini menyasar Desa Bejagung sebagai lokus pengembangan potensi lokal dan budaya tradisinya menuju desa wisata religi.

Pengembangan Potensi Lokal dan Budaya Tradisi Desa Wali Bejagung Menuju Wisata Religi Kabupaten Tuban

Tim ini terdiri dari Seviyenti Fikroh, M.I.Kom, Dr. Tabitha Sri Hartati Wulandari, M.Kes, dan Kristin Tri Lestari, S.Sos, M.Si. Mereka menggandeng dua mahasiswa, Jihan Tsuroya dan Setyo Bagus Purwanto, untuk bersama-sama menggerakkan program bertajuk “Pengembangan Potensi Lokal dan Budaya Tradisi Desa Wali Bejagung Menuju Wisata Religi Kabupaten Tuban”.

Program yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi ini dimulai dengan sosialisasi di lingkungan Pokdarwis Syech Asy’ari. Langkah awal ini dilakukan guna memperkuat kembali tujuan dibentuknya kelompok sadar wisata tersebut serta menumbuhkan semangat warga untuk mengelola potensi daerah mereka.

Dalam pelaksanaannya, tim UNIROW memperkenalkan peta destinasi Desa Wali Bejagung sebagai teknologi tepat guna. Peta ini dirancang untuk membantu masyarakat mengenali titik-titik penting wisata religi yang ada, serta memperkuat narasi desa sebagai tujuan spiritual dan budaya.

Puncak kegiatan berlangsung pada 30 Juli 2025, dengan fokus pada pelatihan keterampilan. Sebanyak 35 anggota Pokdarwis mengikuti pelatihan pembuatan sablon, desain grafis, dan strategi pemasaran. Acara ini dibuka oleh Kepala Desa Bejagung, H. Aang Sutan MRS, dan berlangsung penuh antusias hingga selesai.

Sebagai bentuk dukungan lanjutan, tim UNIROW menyerahkan satu unit alat sablon kepada Pokdarwis Syech Asy’ari. Alat ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memproduksi merchandise khas Desa Bejagung secara mandiri.

Ketua tim, Seviyenti Fikroh, M.I.Kom, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat. Harapannya, pelatihan ini bisa menjawab kebutuhan lokal dan mendorong penguatan ekonomi kreatif warga melalui produk khas desa.

Di akhir program, masyarakat tidak hanya mendapatkan peta destinasi wisata religi Bejagung, tetapi juga keterampilan membuat kaos sablon khas. Produk ini bisa dijual sebagai oleh-oleh di sekitar makam Sunan Bejagung Lor, Sunan Bejagung Kidul, dan Situs Watu Gajah

Dengan penguatan kapasitas Pokdarwis dan dukungan nyata dari kampus, Desa Bejagung diharapkan tidak hanya dikenal sebagai desa wali, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi yang hidup, berdaya, dan berkembang secara berkelanjutan.