Mengapa Haul Sunan Bonang di Tuban Selalu Ramai di Kamis Pon? Ini Jawabannya

10 July, 2025

JURNAL PAPAR, Tuban – Haul Sunan Bonang 2025 kembali digelar di tahun 2025 ini, yang berlangsung selama dua hari; Rabu, 9 Juli sampai Kamis, 10 Juli 2025, sebuah hari yang memiliki makna khusus bagi masyarakat Tuban dan para peziarah.

Di hari Kamis ini akan menjadi puncak acara yang dipilih bukan tanpa alasan, selaras dengan tahun-tahun sebelumnya yang jatuh pada Kamis Pon, waktu tersebut diyakini sebagai weton atau hari kelahiran spiritual dari Syekh Maulana Makhdum Ibrahim, atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Bonang.

Dalam tradisi Jawa, weton dianggap sebagai momen sakral yang mencerminkan karakter, kekuatan spiritual, dan perjalanan hidup seseorang. Kamis Pon diyakini membawa aura ketenangan, keteguhan, dan kedalaman ilmu. Oleh karena itu, haul ini selalu dipusatkan di hari Kamis Pon di bulan Suro, sebagai bentuk penghormatan mendalam terhadap sang wali.

Rangkaian kegiatan haul dimulai sejak pagi hari di area kompleks Makam Sunan Bonang. Pukul 07.00 WIB, acara dibuka dengan sunat massal yang diikuti sekitar 60 hingga 70 peserta. Para peserta sebelumnya telah mendaftar sebulan sebelum acara dan mendapatkan perlengkapan berupa seragam, sarung, baju, dan kopyah.

“Jumlah peserta bisa bertambah bila ada susulan,” ujar Ibrahim, Wakil Kepala Keamanan Panitia Haul Sunan Bonang.

Setelah sunat massal, kegiatan akan dilanjutkan dengan tahlil akbar yang khusus diperuntukkan bagi pengurus dan pengelola makam. Selesai itu, masyarakat umum turut mengikuti tahlilan dalam agenda tahlil bersama.

Menjelang malam, acara inti haul akan ditutup dengan pengajian akbar yang menghadirkan KH. Anwar Zahid setelah salat Isya. Ribuan jamaah dari berbagai penjuru diperkirakan akan hadir memadati kompleks makam untuk mengikuti pengajian yang selalu menjadi daya tarik utama setiap tahunnya.

Ibrahim menjelaskan, menjelang haul ini terdapat pertemuan Alim Ulama dari seluruh Indonesia yang berlokasi di Makam Sunan Bonang. Pertemuan tersebut menjadi pembuka acara tahunan, yang disertai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan tahlilan, sebagai bentuk penyatuan doa serta restu dari para tokoh agama.

Dengan menjadikan Kamis Pon sebagai poros utama, Haul Sunan Bonang bukan hanya menjadi tradisi tahunan, tetapi juga pengingat spiritual tentang nilai-nilai luhur dan warisan dakwah sang wali yang terus hidup di hati masyarakat.***