Kolaborasi Jadi Kunci: Angka Stunting Tuban Terjun Bebas Capai 11,3%, Terendah di Jatim

03 June, 2025

PAPAR, TUBAN – Angka stunting di Kabupaten Tuban anjlok tajam dalam waktu satu tahun terakhir. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, prevalensi stunting di wilayah berjuluk Bumi Wali ini merosot dari 17,8% pada 2023 menjadi hanya 11,3% di tahun 2024. Penurunan sebesar 6,5 persen ini tak hanya melampaui target nasional yang dipatok sebesar 14%, tetapi juga menempatkan Tuban sebagai salah satu kabupaten dengan penanganan stunting terbaik di Jawa Timur.

Keberhasilan tersebut tidak berdiri sendiri. Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban, Dra. Esti Surahmi, Apt., menyebut kolaborasi lintas sektor sebagai faktor utama di balik capaian ini.

“Alhamdulillah, ini hasil dari kerja hebat bersama. Tapi perjuangan belum selesai. Kita harus terus menjaga momentum ini dan memperkuat pencegahan sejak dini,” ujar Esti, Rabu (28/5).

Menurut Esti, Pemkab Tuban tidak hanya mengandalkan intervensi gizi langsung, tetapi juga menggarap program dari hulu, seperti edukasi gizi bagi remaja, calon pengantin, ibu hamil hingga balita. Intervensi struktural pun dilakukan melalui peningkatan kualitas sanitasi lingkungan, termasuk deklarasi Tuban sebagai kabupaten Open Defecation Free (ODF) atau bebas buang air besar sembarangan.

Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky, menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam upaya percepatan penurunan stunting. Ia menegaskan bahwa pencapaian ini adalah hasil nyata dari sinergi berbagai pemangku kepentingan di semua lini.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Penurunan stunting ini adalah hasil dari kolaborasi luar biasa lintas sektor, baik di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa. Semua patut mendapat apresiasi,” tegas pria yang akrab disapa Mas Lindra.

Ia menyebut, keberhasilan menurunkan stunting tidak hanya bergantung pada distribusi makanan bergizi, tetapi juga pola asuh anak, edukasi kesehatan masyarakat, hingga lingkungan tempat tinggal yang sehat dan aman.

“Saya menyampaikan terima kasih kepada Tim TPPS, OPD terkait, para camat, kepala desa, PKK, tenaga kesehatan, kader posyandu, tokoh masyarakat, serta seluruh elemen yang bergerak dari hulu ke hilir. Ini kerja kolaboratif yang nyata, dan harus terus kita jaga,” tambahnya.

Sebagai pembanding, prevalensi stunting nasional pada 2024 berada di angka 19,8%, turun dari 21,5% pada tahun sebelumnya. Di Jawa Timur, tren penurunan juga terjadi, dari 19,2% menjadi 14,7%. Namun, angka Tuban yang mencapai 11,3% menjadi sorotan karena berada jauh di bawah rata-rata provinsi maupun nasional.

Pemerintah Kabupaten Tuban menegaskan komitmennya untuk terus melibatkan masyarakat secara aktif dalam menjaga kesehatan ibu dan anak, sebagai fondasi mencetak generasi masa depan yang lebih sehat, kuat, dan bebas stunting.