Soedomo Mergonoto Ingatkan Umat TITD Tuban: Klenteng Ini Bukan Milik Kita, tapi Tempat Kita Mengabdi

18 July, 2025

JURNAL PAPAR, Tuban – Dalam puncak perayaan ulang tahun YM Kongco Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, salah satu tokoh Tionghoa, Soedomo Mergonoto menyampaikan sambutan yang menyentuh.

Pengusaha kenamaan asal Surabaya ini menekankan perayaan di keletenteng terbesar di Asia Tenggara ini menjadi momen untuk kembali merendah, bukan saling berebut pengaruh atau jabatan.

“Sebetulnya kita umat di klenteng ini mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa,” ujar Soedomo di hadapan para pengurus dan umat TITD Kwan Sing Bio pada Kamis malam, 18 Juli 2025.

Ia menyampaikan bahwa di hadapan Tuhan, semua sama, tak peduli apakah seseorang berstatus ketua, pengurus, atau tokoh masyarakat.

Dalam sambutannya, ia juga menyinggung soal dinamika yang sempat muncul di tubuh internal klenteng. Namun, menurutnya, semua masih bisa diatasi dengan semangat melayani. “Kita perlu merendahkan diri, tidak perlu menganggap diri kita sebagai bos, sebagai ketua,” katanya.

Soedomo juga mengajak semua pihak untuk menomorsatukan kenyamanan umat. “Kalau tidak ada tempat di klenteng, kita cari hotel di luar, nanti kita yang bayar,” ujarnya kepada pengurus lain, menunjukkan bahwa pelayanan harus menjadi prioritas utama.

Bos Kopi Kapal Api ini mengingatkan klenteng bukan milik siapa-siapa. “Bukan milik kita, bukan milik siapa-siapa, bukan untuk berebut,” tegasnya. Bagi Soedomo, klenteng adalah ruang spiritual bersama yang harus dijaga secara kolektif dan penuh rasa hormat.

Sambutannya malam itu mengundang tepuk tangan dari para umat. Ia juga menyampaikan harapan agar siapa pun yang datang bisa menikmati suasana dan benar-benar bisa memanjatkan doa dengan tenang.

“Semoga apa yang kita mohon diberikan pembalasan oleh Tuhan Yang Maha Esa,” tutupnya.

Pernyataan Soedomo menjadi pengingat bahwa di tengah kemeriahan perayaan, nilai-nilai spiritual tetap menjadi inti. Sambutan itu menjadi refleksi bagi seluruh umat yang hadir, juga bagi seluruh pihak yang bertikai. bahwa pelayanan, pengabdian, dan kerendahan hati harus tetap dijaga, sebagai manusia. ***